sendiri.
Sejarah
dimulai ketika Presiden Soekarno mendesak pengusaha dan warga Aceh
mengumpulkan dana untuk membeli pesawat terbang, demi mendukung
mobilitas Presiden sebagai kepala pemerintahan. Dana yang telah berhasil
terkumpul membuahkan satu pesawat Douglas DC-3 Dakota yang kemudian
didaftarkan sebagai RI-001 dengan nama “Seulawah” yang berarti “Gunung
Emas”.
Karena ketatnya jadwal penerbangan, pesawat RI-001 harus
menjalani proses pemeliharaan di luar Indonesia, dan pada tanggal 7
Desember 1948, pesawat RI-001 mendarat di Kalkuta untuk proses
pemeliharaan. Namun, pada saat pesawat tersebut sedang mengalami proses
pemeliharaan, pada tanggal 19 Desember 1948, pasukan militer Belanda
meluncurkan agresi militer II.Bahkan ketika pesawat RI-001 telah selesai
melewati proses pemeliharaan, pesawat tersebut tidak dapat kembali ke
Indonesia.
Di saat yang bersamaan, Pemerintahan Burma memerlukan
pesawat terbang. Dalam rangka mengumpulkan dana untuk ketersediaan
pramugari, akhirnya pemerintah memutuskan untuk menyewakan pesawat
RI-001 pada pemerintah Burma. Pada tanggal 26 Januari 1949, pesawat
RI-001 terbang dari Kalkuta ke Rangoon dengan nama “Maskapai Indonesia”.
Kemudian, pesawat tersebut diberi nama “Garuda” oleh Presiden
Soekarno di mana nama tersebut diambil dari sajak Belanda yang ditulis
oleh penyair terkenal pada masa itu, Noto Soeroto; "Ik ben Garuda,
Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen",
yang artinya, “Saya Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya
tinggi di atas kepulauan Anda”.
Pada tanggal 28 Desember 1949,
pesawat Douglas DC-3 Dakota PK-DPD, yang telah diberi logo “Garuda
Indonesian Airways” terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput
Presiden Soekarno. Itulah saat pertama pesawat tersebut terbang dengan
nama "Garuda Indonesian Airways".
Hari ini, armada kami terdiri
dari pesawat Boeing 737-800 Next Generation, di mana Audio & Video
tersedia di setiap kelas dengan dilengkapi monitor layar sentuh.
Kami
merupakan salah satu maskapai pertama di dunia yang memiliki Boeing
737-800 Next Generation dengan Sky interior (interior seperti di
angkasa), sistem pencahayaan LED, suasana kabin dapat dirubah menurut
waktu yang berbeda ... matahari terbit, matahari terbenam, malam hari,
dan biru lembut untuk menciptakan pengalaman yang lebih santai selama
penerbangan.
Selain itu, suasana kabin terasa lebih luas dengan
adanya bagasi atas dengan rancangan terbaru yang memberikan ruang lebih
pada jarak kepala.
Armada Airbus seri A330 kami meliputi Airbus
A330-200 dengan fasilitas kursi tidur yang sepenuhnya dapat direbahkan
di Kelas Eksekutif. Sementara itu Airbus A330-300 dilengkapi dengan
kursi rebah. Tentu keduanya, menyediakan fasilitas Audio & Video di
semua kelas.
Baru-baru ini, Garuda Indonesia telah memesan 18
pesawat Bombardier CRJ 10000 NextGen denganpilihan 18 armada tambahan.
Total ke-36 pesawat diperuntukkan demi mendukung rencana perluasan
jaringan domestik kami. Dengan fasilitas ruang yang lega, interior yang
ergonomik dengan pencahayaan LED yang sejuk, kami akan mulai
menerbangkan pesawat-pesawat ini pada akhir tahun 2012.
Pada enam
bulan pertama di tahun 2013, kami akan mulai menerima pengiriman 10
pesawat Boeing 777-300 Extended Range. Dengan kemampuan menyediakan
layanan tanpa henti dari Indonesia ke Eropa...pesawat akan difasilitasi
dengan konfigurasi tiga kursi (a three-class configuration), termasuk
super first class, unit tempat duduk yang sepenuhnya tertutup “Oasis”.
Pada
tahun 2015, kami berharap memiliki total 150 armada pesawat, termasuk
Boeing 777-300 ER untuk pasar jarak yang panjang, Airbus seri A330 untuk
pasar dengan jarak medium, Boeing seri 737 untuk destinasi domestik dan
daerah, serta Bombardier CRJ NextGen untuk memberikan perluasan layanan
baik dari Timur dan Barat Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar