Banyak orang berspekulasi bahwa IPO Google dapat memengaruhi budaya perusahaan,[61]
karena tekanan pemegang saham untuk pengurangan keuntungan karyawan dan
jangka-pendek, atau karena jumlah karyawan perusahaan yang besar dapat
menjadi milyuner mendadak. Salam sebuah laporan yang diberikan kepada
investor berpotensi, pendiri Sergey Brin dan Larry Page berjanji bahwa
IPO tersebut tidak akan mengubah budaya perusahaan.[62]
Kemudian Page berkata, "Kami berpikir mengenai bagaimana mempertahankan
budaya dan elemen menyenangkan kami. Kami membuang banyak waktu untuk
membetulkan kantor kami. Kami berpikir penting untuk memiliki banyak
karyawan. Orang-orang dikumpulkan bersama di mana-mana. Kami semua
berbagi kantor. Kami menyukai kumpulan bangunan ini karena terlihat
seperti kampus universitas yang disatukan daripada sebuah taman
perkantoran pinggiran kota biasa."[63]
Bagaimanapun, beberapa penganalis menemukan bahwa seiring Google
tumbuh, perusahaan ini makin menjadi "korporat". Tahun 2005, artikel di The New York Times dan sumber lainnya menyatakan bahwa Google telah kehilangan anti-korporatnya, tanpa filosofi asal[64][65][66]
Dengan maksud untuk memepertahankan budaya unik perusahaan, Google
telah menghasilkan seorang Chief Culture Officer pada 2006, yang juga
melayani sebagai Direktur Sumber Daya Manusia. Kerja Chief Culture
Officer adalah untuk membangun dan mempertahankan budaya dan kerja pada
jalan yang benar menuju hasil inti bahwa perusahaan ini didirikan pada
awalnya — sebuah perusahaan kecil, langkanya hirarki, sebuah lingkungan
yang kolaboratif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar